Sunday, 21 February 2021

Covid 19 Menyadarkan Kita Tentang Pentingnya Memahami Ilmu Sains

Tags

Beberapa tahun lalu tepatnya 2018 saya sempat membaca artikel mengenai skor PISA (Programme for International Student Assessment). Pengukuran PISA ini bertujuan untuk mengetahui kinerja pendidikan pada bidang matematika, sains dan membaca. Tes ini diberikan kepada 78 negara. Hasilnya cukup mencengangkan, ternyata Indonesia berada pada urutan ke 72 dari 78 negara. Saya kaget ternyata kemampuan sains kita masih rendah walaupun beberapa kali ada pelajar yang menjuarai olimpiade SAINS Internasional. Saya sempat berpikir apa dampak dari lemahnya pemahaman sains ini terhadap kondisi Indonesia dimasa mendatang.

2 Tahun berlalu, kini dunia dihebohkan dengan  virus Corona dan menyebabkan pandemic di seluruh dunia. Kondisi Indonesia awalnya normal – normal  saja ketika china mulai memberlakukan lockdown pada kota yang terdampak virus Covid-19. Begitu Covid dinyatakan masuk di Indonesia sebagian besar masyarakat merasa panic. Saya melihat ada rasa ketakutan dimana – mana, terjadi pemborongan masker, rekan – rekan kerja mulai jaga jarak, dan setiap beberapa menit menyemprot handsanitizer. Padahal secara teori jika  kasus pertama baru  ditemukan di Jakarta, maka akan  membutuhkan waktu untuk virus tersebut tiba di daerah – daerah, begiitu yang saya pikirkan.

Sesuai dengan teori saya, ternyata setelah 1 bulan kemudian akhirnya kasus covid pertama dinyatakan masuk di kota saya. Berita ini cukup membuat panic seisi rumah, grup – grup whatsapp jadi berubah dan semuanya membahas mengenai Covid-19, anjuran untuk tidak keluar rumah jika kurang penting diberlakukan. Tidak ada yang boleh bepergian jauh kecuali saya sebagai kepala keluarga untuk membeli kebutuhan rumah. Saya pun menerapkan protocol yang ketat selama diluar rumah.

Setelah beberapa bulan covid-19 tidak kunjung mereda, justru terjadi trend peningkatan jumlah orang yang terinfeksi dan meninggal bahkan jumlah infeksi menembus angka 1 juta orang. Namun seharusnya warga menerapkan protocol yang semakin ketat ternyata justru sebaliknya, mulai muncul isu – isu tentang covid-19 itu tidak ada, covid hanya isu. Bahkan di beberapa grup whatsapp yang saya ikuti mulai tersebar info tentang covid yang tidak nyata. Disekitar rumah bahkan obrolan tetangga banyak yang sudah mulai berpendapan bahwa covid itu tidak ada, mereka mulai tidak percaya tentang covid ini.

Sebagai seorang pengajar ilmu sains sains tepatnya biologi, saya heran dengan hal – hal ini, namun saya tidak memiliki kekuatan untuk membantah hal tersebut karena sebagiain besar yang berpendapat bahwa covid itu tidak nyata berasal dari kalangan orang yang lebih dewasa. Suatu hari tidak sengaja saya bertemu dengan seorang teman Semasa SMA yang sudah bekerja menjadi dokter dan kebetulan menjadi bagian tim yang menangani masalah covid-19 ini. Walalaupun agak ragu untuk ngobrol lama secara berdekatan, tetapi akhirnya kami berdiskusi mengenai apa yang sebenarnya terjadi tentang corona ini. Teman saya bercerita kalau sudah banyak keluarganya yang terkena  covid-19  tetapi masih saja ada yang menyangkal kalua mereka tidak terkena Covid-19. Hasil diskusi panjang dengan teman tersebut, ternyata fakta lain tentang covid ini saya temukan, berita- berita tentang covid hanya rekayasa itu sama sekali tidak benar, berita tentang tenaga kesehatan sengaja mengcovidkan passien itu tidaklah benar. Parahnya lagi masyarakat di daerah semakin banyak yang tidak percaya dengan covid ini sehingga tenaga kesehatan kesulitan melakukan pelacakan jika ada 1 kasus terjadi, karena masyarakat yang menolak dilakukan swab. “Nawabawakan jaki parang kalau maui di swab, padahal tujuannya untuk melacak penyebaran covid”, Begitu jawaban teman saya bercerita tentang pengalamannya di lapangan mengurus covid ini.

Setelah berdiskusi dengan tersebut saya kembali berfikir dan merenungkan mengapa hal ini bisa terjadi. Mengapa orang – orang yang dulunya percaya dengan Covid-19 menjadi tidak lagi percaya? Sayapun akhirnya menyimpulkan bahwa kurangnya pemahaman sains menyebabkan kita tidak mudah percaya mengenai covid-19 ini. Kurangnya orang yang memahami bahwa virus itu dapat menyebar dengan mudah, bahkan untuk virus lain selain CORONA, kita juga masih kurang pemahaman bahwa system imun setao orang itu berbeda – beda, ada orang yang mudah terkena corona dan adapula yang tidak mudah terinveksi.  Secara historis beberapa kali dunia ini terkena pandemic yang disebabkan oleh bakteri dan virus, semua bakteri dan virus tersebut berhasil ditaklukkan dan ditemukan obatnya. Tetapi harus menunggu waktu, hingga hari ini Ilmuan masih mencari solusi untuk dapat mengatasi Covid ini.

Beberapa minggu belakangan kembali ramai masalah Vaksin COVID-19 yang mulai di ujicobakan. Lagi – lagi sebelum vaksin beredar, berita hoax tentang vaksin lebih dulu tiba di grup – grup whatsapp. Secara teori waksin itu telah melalui ribuan kali uji coba dan hanya akan diisebarkan secara luas jika tidak memiliki dampak buruk, ujicoba dikalangan medis biasanya menyaratkan resiko kegagalan harus dibawah 0,05%. Vaksin itu adalah virus yang telah dilemahkan, tidak akan menyerang kita, hanya saja mesti dipahami bahwa ada banyak sekali  varian Virus Covid-19, dan vaksin dibuat berdasarkan varian yang paling umum ditemukan. Jika setelah vaksin tetap terkena covid maka dipastikan itu adalah inveksi dari virus varian lainnya. Hal serupa terjadi pada penyakit tahunan flu, setiap tahun kita pasti terkena flu, itu disebabkan oleeh infeksi varian virus yang berbeda – beda setiap tahunnya.

Pengalaman Saat Pandemi COVID-19  ini kita belajar bahwa pentingnya setiap orang untuk memahami sains.  Jika sekamin banyak orang yang paham mengenai sains maka kita tidak mudah terkena iisu hoax tentang sains tersebut. Banyak sekali info hoax yang akhirnya tersebar yang berhubungan dengan ilmu sains. Saran saya agar setiap orang paham sains dengan baik yaitu dengan menggratiskan buku – buku digital tentang ilmu sains, setap orang harus lebiih banyak membaca artikel sains ketimbang berita hoax. Berita hoax lebih mudah ditemukan dengan judul yang fantastis dibandingkan buku – buku tentang sains semacam national geographic.

Tulisan ini diikutkan dalam #TantanganBlogAM202

This Is The Newest Post

1 komentar so far

sempat berpikir apa dampak dari lemahnya pemahaman sains ini terhadap kondisi Indonesia dimasa mendatang?


EmoticonEmoticon